2. "Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya."
3. "Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam."
4. “Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” [Bung Karno, Pidato HUT Proklamasi, 1964]
5. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya." [Ir. Soekarno, Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961]
6. "Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup dimasa pancaroba. Jadi tetaplah bersemangat elang rajawali."
7. "Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."
8. "Laki-laki dan perempuan adalah seperti dua sayap dari seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; Jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali."
9. "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."
10. "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia"
11. "Merdeka hanyalah sebuah jembatan, Walaupun jembatan emas.., di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa.., satu ke dunia sama ratap sama tangis!"
12. "Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia.. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin."
13. "Apakah kelemahan kita adalah kurang percaya diri sebaga bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri dan kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah rakyat gotong royong."
14. "Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa."
15. "Bangunlah suatu dunia dimana semuanya bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan."
16. "Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bestik tapi budak." [Bung Karno, Pidato HUT Proklamasi]
17. "Aku lebih suka lukisan samudra yang gelombangnya menggebu-gebu daripada lukisan sawah yang adem ayem tentram."
18. "Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat." [Ir. Soekarno, Pidato HUT Proklamasi]
19. "Apabila dalam di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun."
20. "Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang lampau sangat berguna sebagai kaca benggala daripada masa yang akan datang."
21. “Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. [Ir. Soekarno, Pidato HUT Proklamasi 1956]
22. "Apakah kita mau Indonesia merdeka, yang kaum Kapitalnya merajalela ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang dan pangan?" [Ir. Soekarno Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
23. "Gemah ripah loh jinawi, tata tentram kerta raharja, para kawula iyeg rumagang ing gawe, tebih saking laku cengengilan adoh saking juti. Wong kang lumaku dagang, rinten dalu tan wonten pedote, labet saking tan wonten sansayangi margi. Subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku. Bebek ayam raja kaya enjang medal ing panggenan, sore bali ing kandange dewe-dewe. Ucapan-dalang dari bapaknya-embahnya-buyutnya-canggahnya, warengnya-udeg-udegnya gantung siwurnya. Bekerja bersatu padu, jauh daripada hasut, dengki, orang berdagang siang malam tiada hentinya, tidak ada halangan di jalan. Inipun menggambarkan cita-cita sosialisme." [Bung Karno, Pidato Hari Ibu 22 Desember 1960]
24. "Walaupun
jembatan emas di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia
sama rata sama rasa.. satu ke dunia sama ratap sama tangis.."
25. Aku bersemboyan; Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan
semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.[Pidato HUT
Proklamasi, 1964]
26. Ramalan kedua dari Pak Tjokro, satu malam di tengah keluarga,
die berbicara, “Ikutilah anak ini dia diutus oleh Tuhan untuk
menjadi Pemimpin Besar Kita” [Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm.
68]
27. Pada satu waktu saya sampai kepada suatu saat memerlukan satu
nama umum bagi semua yang kecil-kecil ini. Ya buruh, ya tani, ya
pegawai, ya nelayan dan lain-lainnya, semuanya tidak ada yang besar,
melainkan kecil-kecil semuanya. Lantas saya beri nama kepada semuanya
itu Marhaen!. [Pancasila sebagai dasar negara hlm. 25 ]
28. Ilmu hanyalah ilmu sejati, jikalau ilmu itu ialah untuk membawa kebahagiaan kepada manusia. [Menggali api Pancasila, hlm. 15]
29. Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena
rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah
rakyat. [Menggali api Pancasila, hlm. 11]
30. Seringkali aku merasakan badanku seperti akan lemas, nafasku
akan berhenti, apabila aku tidak bisa keluar dan bersatu dengan rakyat
jelata yang melahirkanku. [Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 13 ]
31. Dan saya sadar sampai sekarang ini, “the service of freedom is
a deathless service”. Badan manusia bisa hancur …., tapi ia
punya ”service of freedom” tidak bisa ditembak mati. [Kata-Kata Pribadi
Presidan Sukarno Dalam Sidang MPRS Ke-IV 1966]
32. …. di dalam cita-cita politikku, aku ini seorang nasionalis, dalam
cita-cita sosialku aku ini sosialis, di dalam cita-cita sukmaku aku ini
sama sekali theis. Sama sekali percaya kepada Tuhan, sama sekali ingin mengabdi kepada Tuhan. [Kepada bangsaku]
33. Ya., saya tahu bahwa saya sering dicemooh orang yang tidak
senang kepada saya, bahwa saya adalah katanya “manusia perasan”,
gevoelsmens, dan bahwa saya di dalam politik terlalu bersifat “manusia
seni”, terlalu bersifat artis. Alangkah senangnya saya dengan cemoohan
itu!
34. Saya mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa saya
dilahirkan dengan sifat-sifat gevoels-mens dan artis, dan saya bangga
bahwa Bangsa Indonesia pun adalah satu “Bangsa perasaan” (satu
gevoelsvolk) dan Bangsa Artis – satu artisenvolk. [Pidato HUT
Proklamasi, 1963]
35. Semua orang tahu bahwa aku ini penggemar seni rupa, baik
patung, lukisan-lukisan maupun yang lain-lain. Aku lebih suka
lukisan Samudera yang gelombangnya memukul-mukul, menggebu-gebu,
dari pada lukisan sawah yang adem-ayem-tentrem, “kadyo siniram
wayu sewindu lawase”. [Pidato HUT Proklamasi, 1964]
36. Oemar Said Tjokroaminoto berumur 63 tahun ketika aku datang
ke Surabaya. Pak Tjokro mengajarkan tentang apa dan siapa dia,
bukan tentang apa yang ia ketahui ataupun tentang apa jadinya aku
kelak. [Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 52 ]
37. Dr. Douwe Dekker, Setiabudi ketika umurnya sudah 50
tahun menyampaikan kepada partainya N.I.P. “Umur saya semakin
lanjut, dan bila datang saatnya saya akan mati bahwa adalah kehendak
saya supaya Sukarno yang menjadi pengganti saya. Anak muda ini,
akan menjadi Juru Selamat dari rakyat Indonesia di masa yang akan
datang”. [Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 67]
38. ”Men kan niet onderwijzen wat men wil, men kan niet, onderwijzen
wat men weet, men kan alleen onderwijzen wat men is”. Orang tidak bisa
mengajarkan apa yang ia mau, orang tidak bisa mengajarkan apa yang ia
tahu, orang hanya bisa mengajarkan apa ia adanya. [Di bawah bendera
revolusi, hlm. 514 ]
39. Demokrasi kita harus kita jalankan adalah Demokrasi
Indonesia, membawa kepribadian Indonesia. [Pancasila sebagai dasar
negara hlm. 105
Parlementaire Demokrasi adalah ideologi politik dari pada Kapitalisme yang sedang naik. [Pancasila sebagai dasar negara hlm. 91 ]
Parlementaire Demokrasi adalah ideologi politik dari pada Kapitalisme yang sedang naik. [Pancasila sebagai dasar negara hlm. 91 ]
40. “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)
41. “Kita
belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa
pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT
Proklamasi, 1949 Soekarno)
42. Janganlah melihat
ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna
sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.
by. http://terrysurya.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar